Sejarah Dan Cara Ternak Parkit

Almarhum Mantan Presiden RI Soeharto semasa hidup konon pernah memelihara atau beternak parkit untuk menambah penghasilan keluarga. Waktu itu Soeharto masih tinggal di Solo dan menjadi seorang komandan. Binatang hasil ternakannya, lalu ia jual. Agar usahanya berhasil, lelaki itu tak segan-segan melakukan inovasi. Misalnya, soal pakan ternak ia memberikan alternatif lain, ngirit biaya pengeluaran. “Karena jawawut (pakan utama parkit) mahal, makannya saya ganti beras merah. Hasilnya cukup bagus, ” ungkapnya sambil tersenyum, mengenang masa lalu. Nah berapa keuntungannya? Untuk soal itu, Soeharto tidak ikut campur. Masalah itu, sebagaimana dikutip agroburung. com

Apakah beternak parkit memang menguntungkan? Bagaimana manajemen ternaknya? Berikut ini serba sedikit mengenai beternak parkit yang dikutip agroburung. com

1.Burung Parkit mudah beradaptasi

Parkit menyukai hidup berkoloni dan sangat mudah menyesuaikan di dalam kandang penangkaran. Biasa di alam bebas parkit berkembang biak pada bulan Oktober – Desember. Bila musim kawin sang jantan biasanya menyanyi dengan nada rayuan untuk memikat betinanya. Hingga pada saat saling ada kecocokan maka perkawinan akan segera berlangsung.

Berat telur parkit berkisar 2,5 gram/butir dengan jumlah telur rata-rata 6 butir/pasangan parkit. Burung inipun dikenal sangat setia dengan pasangannya. Bila si betina sedang aktif bertelur maka si jantan akan menunggu di luar sambil bersiul menghibur sekaligus akan mengusir apabila ada pengganggu mendekati sarangnya.

Anak burung parkit yang baru keluar dari cangkang telurnya berbobot rata-rata 2,35 gram dengan kondisi mata masih terpejam. Setelah umur sembilan hari barulah matanya terbuka.

Setelah umur 30 hari barulah anak burung parkit mulai siap meninggalkan sarangnya untuk belajar terbang. Namun meski sudah mulai terbang, sang induk biasanya masih menyuapinya hingga umur 40 hari. Setelah umur tersebut biasanya persiapan untuk perkawinan untuk generasi yang baru akan dilakukan.

Anak parkit mulai matang kelaminnya untuk melakukan perkawinan setelah berumur 90 hari. Si jantan yang cukup umur akan segera memikat betinanya dengan siulan mautnya untuk menjadi pasangan yang akan mengembangbiakan keturunannya.

2.Burung Parkit mudah ditangkar

Perawatan burung jenis ini relatif mudah. Kandang yang diperlukan tidak begitu besar meskipun untuk pengembangbiakan sekalipun. Ukuran 40 x 40 x 60 cm sudah cukup untuk memulai penangkaran. Sedangkan untuk pajangan keindahan ukuran sangkar umum sudah memadahi.

Tetapi karena sifatnya yang suka berkoloni dan keragaman warna yang bervariasi ini maka tak salah kalau kita menyiapkan ukuran kandang yang agak besar. Di samping kita bisa tempatkan beberapa pasang. Keindahan warni-warni parkit yang satu dengan yang lain akan sangat jelas.

Berikut ini tips pemeliharaan burung parkit ini:

  • Usahakan memilih induk yang berbeda warna.
  • Pilih yang kelihatan sudah cocok dengan pasangannya karena akan lebih mudah untuk ditangkarkan
  • Sesuaikan besarnya kandang dengan jumlah pasangan agar tidak terlalu padat sehingga berakibat kurang baik bagi kesehatan burung termasuk merusak dari segi menikmatinya. ‘Rumah pribadi’ yang umumnya terbuat dari kayu randu berbentuk kotak menjadi syarat bagi setiap pasangan parkit.
  • Persiapkan pula kandang cadangan untuk hasil perkembangbiakan apabila pasangan burung sudah mulai produksi.
  • Jaga ketersedian pakan dan minum. Usahan dalam kondisi bersih
  • Buang makanan yang mulai busuk karena kelebihan dalam pemberian pakan terutama sayuran seperti tauge, jagung atau yang lainnya
  • Makanan utama burung ini adalah jewawut / otek
  • Perlu di perhatikan bila burng sudah produksi atau menetas jgn banyak diberikan jagung atau ga usah diberikan makanan tambahan jagung karena sesuai dengan pengalaman saya burung yg dalam masa meloloh atau mengurus anaknya klo banyak diberikan jagung,,burung akan cepat bertelur lagi dan anak diurus sehingga badannya jadi kurus2.
  • Untuk kebersihan kandang sebaiknya rutin dibersihan minimal sehari sekali dan jangan lupa pakai masker,,karena debu dari kotoran bisa menyebabkan penyakit paru2.
  • Bila sudah produksi atau menetaskan anak2 nya sebaiknya setiap 2-3 hari sekali di periksa untuk dipanen,pengalaman saya ada anak yg mati di glodok sampai berbau, ada anak yg kakinya tekor ( tidak bisa jalan,,harus diambil untuk disembelih buat makanan lele atau dipendam biar ga bau.

Demikian semoga bermanfaat bagi rekan2 semua